Artikel

Bolehkah Memberikan Nata de Coco untuk Si Kecil?

22 Agustus 2020
Bolehkah Memberikan Nata de Coco untuk Si Kecil?

Nata de coco merupakan salah satu bahan pangan yang diproses dari air kelapa. Pengolahannya membutuhkan bakteri Acetobacter Xylinum yang bisa melakukan fermentasi gula dalam air kelapa untuk diubah menjadi nata de coco. Karena berasal dari air kelapa, nata de coco jelas mengandung kadar mineral dan vitamin yang baik bagi kesehatan tubuh.

Berdasarkan studi yang dilakukan Puslitbang Biologi LIPI, kandungan gizi nata de coco per 100 gram nata diketahui mengandung 80% air, 20 gram karbohidrat, 146 kal kalori, 20 gram lemak, 12 mg Kalsium, 2 mg Fosfor dan 0,5 mg Ferrum (besi).

Tapi, mungkin masih ada dari Wong Coco Family yang masih ragu untuk memberikannya pada anak-anak, terlebih beberapa waktu yang lalu ada sebuah video yang memberi informasi palsu tentang nata de coco mengandung plastik. Informasi ini jelas tidak benar dan menyesatkan.

Direktur Pengawasan Pangan Olahan Resiko Rendah dan Sedang BPOM RI, Ema Setyawati, menegaskan nata de coco yang asalnya dari kelapa itu betul-betul makanan, bukan plastik. Ema juga menambahkan, produk Nata de Coco masuk dalam kategori pangan

Dalam proses pembuatannya, nata de coco yang mirip gel ini terbentuk dari jutaan lembaran tipis benang selulosa yang berlapis-lapis, sehingga menjadikan pangan ini mengandung serat tinggi yang baik untuk tubuh. Lembaran tipis inilah yang disebut-sebut seolah-olah lembaran plastik.

Nah, setelah menyimak informasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa informasi tentang nata de coco terbuat dari plastik dan karena itulah Wong Coco Family tidak perlu ragu lagi untuk memberi nata de coco pada Si Kecil.

Untuk menikmati nata de coco dengan cara yang praktis, Wong Coco Nata de Coco Dugan 235g yang cocok untuk sekali makan bisa menjadi pilihan. Wong Coco Nata de Coco Dugan dibuat dengan air kelapa yang dibentuk slice (pipih), dan gula asli tanpa pemanis buatan sehingga cocok untuk kamu atau Si Kecil!


 

“Lihat Artikel Lainnya”

Mengenal Anosmia, Salah Satu Gejala Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Mengenal Anosmia, Salah Satu Gejala Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Selain gejala umum Covid-19, seperti batuk persisten, demam tinggi dan kesulitan bernapas, para ahli kesehatan juga memasukkan kehilangan indera penciuman sebagai gejala virus Covid-19. Hilangnya indera penciuman (anosmia) adalah kondisi umum yang mengiritasi lapisan hidung, seperti alergi atau pilek yang bisa menyebabkan seseorang kehilangan bau sementara.   Anosmia biasa terjadi ketika hidung tersumbat karena pilek. Begitu pilek sembuh, indera penciuman pun biasanya akan berfungsi kembali. Namun ditengah pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih terjadi, anosmia harus diwaspadai karena bisa menjadi pertanda kondisi medis yang lebih serius, seperti telah terinfeksi virus Covid-19.   Hal ini telah dinyatakan dalam jurnal American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Dilansir dari CNN, jurnal tersebut mengungkapkan bahwa gejala anosmia juga bisa dipakai untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya infeksi virus Covid-19 yang sampai saat ini masih menjadi pandemi di banyak negara.   Laporan studi tersebut mengungkapkan bahwa anosmia sudah tampak secara umum pada mereka yang dites positif terinfeksi Covid-19 tanpa gejala lain. Tidak sedikit pasien Covid-19 di seluruh dunia yang diketahui positif terinfeksi virus corona tanpa gejala demam tinggi atau batuk namun mereka mengalami anosmia.   Setelah menyimak penjelasan di atas, mulai saat ini ada baiknya jika kita tidak menyepelekan anosmia. Jika Wong Coco Family atau ada orang terdekat yang mengalami gejala anosmia, segeralah memeriksakan diri ke fasilitas medis terdekat sehingga dokter bisa melakukan tindakan medis yang tepat untuk bisa mengatasi gejala anosmia tersebut.  

 03 September 2020
Gaya Hidup yang Akan Jadi Tren di Tahun 2021

Gaya Hidup yang Akan Jadi Tren di Tahun 2021

Tahun 2020 mungkin menjadi tahun yang cukup sulit dan menguras banyak tenaga dan pikiran bagi kita semua karena adanya pandemi virus Covid-19. Kita harus mengubah banyak hal, termasuk gaya hidup kita sehari-hari menjadi lebih sehat agar tidak mudah terinfeksi virus Covid-19. Lalu, bagaimana dengan tahun 2021 ini?  Berikut adalah prediksi beberapa gaya hidup yang akan jadi tren di tahun 2021.   Memakai Produk Ramah Lingkungan   Semakin hari semakin banyak orang mulai menyadari pencemaran lingkungan karena pemakaian produk sekali pakai, sehingga produk ramah lingkungan semakin populer dan diprediksi akan menjadi tren di tahun 2021 ini. Tidak hanya itu, pandemi juga membuat banyak orang ingin membantu sesama dengan mendukung produk-produk rumahan yang ramah lingkungan. Dengan begitu, tidak hanya lingkungan yang lebih terjaga, perekonomian masyarakat juga ikut terbantu.   Home Schooling / Home Learning   Pandemi Covid-19 menyebabkan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, hingga Perguruan Tinggi terpaksa memberlakukan sistem pembelajaran jarak jauh. Saat pandemi berakhir memang pembelajaran akan kembali seperti semula namun ternyata ada cukup banyak orang tua yang diprediksi memilih anaknya sekolah dari rumah walaupun pandemi sudah berakhir.   Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Federation for Children, diketahui ada sebanyak 40 persen orang tua berencana untuk terus menyekolahkan buah hatinya dari rumah (homeschooling) bahkan setelah pandemi berakhir. Ini disebabkan karena banyak keluarga yang menganggap fleksibilitas, ketersediaan sumber daya, dan keamanan yang ditawarkan sistem pembelajaran dari rumah tersebut jauh lebih baik. Jadi diprediksi homeschooling akan menjadi tren di tahun 2021.   Menerapkan Gaya Hidup Sehat   Cara paling efektif untuk terhindar dari penyakit adalah menerapkan gaya hidup sehat, termasuk di saat pandemi ini.  Di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir, menerapkan gaya hidup sehat sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan dan gaya hidup ini diprediksi masih akan menjadi tren di tahun 2021.   Gaya hidup sehat yang diprediksi akan menjadi tren di tahun 2021 ini adalah kebiasaan makan yang lebih sehat, rutin berolahraga dan memperhatikan kebersihan tubuh yang salah satunya adalah rutin mencuci tangan.   Itulah prediksi beberapa gaya hidup yang akan jadi tren di tahun 2021. Semoga informasinya bermanfaat untuk Wong Coco Family semua!

 02 Februari 2021
Perlukah Menyajikan Makanan Penutup? Ini Penjelasannya

Perlukah Menyajikan Makanan Penutup? Ini Penjelasannya

Beberapa Wong Coco Family mungkin ada yang sering menghidangkan makanan penutup (dessert) saat bersantap bersama seluruh anggota. Tapi, apakah memang perlu menyajikannya? Dilansir dari laman situs antaranews.com, seorang ahli gizi ahli gizi di New Jersey bernama Felicia Stoler, setuju bahwa makanan penutup terkadang harus ada dalam menu. Namun, Felicia mengingatkan agar tidak beranggapan bahwa makanan penutup sebagai makanan yang sehat atau sarana untuk bisa menurunkan berat badan. Kenapa demikian? Karena hidangan penutup atau dessert mayoritas adalah makanan manis yang tinggi kandungan gulanya sehingga sering berhubungan dengan penambahan berat badan.  Sebagian makanan penutup juga diketahui mengandung banyak lemak jenuh, yang beresiko membahayakan kesehatan jantung, dan mengandung banyak kalori. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa hidangan penutup sebenarnya bisa menyehatkan saat strateginya tepat, yaitu lebih baik dikonsumsi sebelum makan ketimbang setelah makan. Seperti sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: Applied, yang mengungkapkan bahwa secara konsisten memilih makanan yang lebih sehat dan mengonsumsi lebih sedikit kalori saat menyantap makanan penutup pada awal waktu makan.  Studi ini sejalan dengan sebuah penelitian yang dilansir dari laman situs dailymail.co.uk. Penelitian yang dilakukan oleh Dr James Gardiner dari Imperial College London itu menemukan bahwa makanan manis ternyata terbukti bisa membantu menurunkan berat badan asalkan dikonsumsi sebelum makan besar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa protein otak yang disebut dengan glukokinase mampu melihat seberapa banyak glukosa atau zat gula yang kita konsumsi. Kalau asupan zat gula ini terlalu rendah, maka otak akan memberitahukan tubuh untuk mengonsumsi lebih banyak lagi makanan bertepung dan makanan manis. Hal ini bisa berakibat kita akan cenderung untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak. Karena itulah Dr James Gardiner menyarankan kita untuk makan makanan manis terlebih dahulu, sebelum makan utama agar bisa memenuhi kebutuhan gula tubuh tanpa harus mengonsumsi makanan utama secara berlebihan. Setelah menyimak penjelasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa hidangan penutup boleh disajikan sesekali dan akan lebih baik lagi jika hidangan yang mayoritas rasanya manis tersebut disantap sebelum hidangan utama agar dampak buruk yang ditimbulkan akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan manis bisa diminimalisir. Salah satu jenis hidangan yang kerap menjadi makanan penutup adalah Jelly. Menyajikan Jelly yang praktis untuk keluarga, Wong Coco Family dapat mencoba MyJelly! Produk Jelly persembahan Wong Coco ini dibuat dengan gula asli, tanpa pemanis buatan dan tanpa bahan pengawet. Wong Coco Family dapat menyajikan MyJelly untuk disantap langsung atau disajikan dengan buah-buahan!

 30 Juni 2020