Artikel

Masih Bekerja Dari Rumah? 6 Kebiasaan Buruk Ini Sebaiknya Dihindari

17 September 2021
Masih Bekerja Dari Rumah? 6 Kebiasaan Buruk Ini Sebaiknya Dihindari

Walaupun membawa banyak dampak baik seperti meningkatkan efektivitas kerja dengan memangkas waktu perjalanan ke kantor dan meminimalisir resiko penularan virus Covid-19, bekerja dari rumah atau dikenal juga dengan WFH ternyata juga membawa kebiasaan buruk yang bisa merugikan kita semua. Apa saja kebiasaan buruk tersebut? Berikut adalah 6 kebiasaan buruk yang sebaiknya dihindari

 

  1. Melakukan beberapa pekerjaan sekaligus

 

Melakukan pekerjaan sekaligus memang sekilas bisa membuat pekerjaan bisa selesai dengan lebih cepat. Tapi ternyata, kebiasaan ini sebaiknya Wong Coco Family hindari karena justru bisa menurunkan tingkat produktivitas karena otak dipaksa untuk menjalankan dua pekerjaan sekaligus.

 

Dilansir dari laman situs liputan6, seorang ahli saraf dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Earl Miller, mengungkapkan multitasking bisa meningkatkan hormon stres kortisol serta hormon fight or flight (melawan-atau-lari) adrenalin, yang dapat merangsang otak secara berlebihan dan dapat menyebabkan kabut mental atau pemikiran yang kacau.

 

 

  1. Kurang aktif bergerak

 

Saat bekerja dari rumah, kita akan memangkas berbagai aktivitas fisik yang biasa dilakukan di luar rumah, seperti berjalan ke kantor dan lain sebagainya. Hal ini sebaiknya dihindari karena bisa menyebabkan masalah kesehatan kronis seperti penyakit jantung, depresi, dan obesitas.

 

Sebuah studi di Journal of Comparative Neurology menunjukkan sebuah fakta adanya hubungan antara ketidakaktifan dan penurunan mental. Tidak aktif secara fisik (sedentary) dapat mengubah bentuk neuron tertentu di otak sehingga bisa menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan mental. Karena itulah, selama bekerja di rumah kita disarankan untuk tetap aktif bergerak, seperti melakukan olahraga ringan selama 30 menit.

 

  1. Terlalu lama duduk

 

Sebuah studi yang dilakukan oleh The University of California, Los Angeles (UCLA) mengungkapkan bahwa mereka yang lebih banyak duduk akan lebih berisiko mengalami penipisan di daerah otak yang berhubungan dengan memori.  Hasil studi ini menekankan bahwa terlalu banyak duduk tidak hanya membawa risiko kesehatan fisik, tetapi juga risiko neurologis.

 

Karena itu, usahakan untuk mengurangi waktu duduk sebisa mungkin. Wong Coco Family bisa menyelingi aktivitas bekerja dari rumah dengan berjalan ringan di area rumah setiap 10 menit sekali.

 

  1. Terlalu lama menatap layar gadget

 

Menatap layar gadget terlalu lama bisa mengakibatkan penurunan memori dan kognitif. Selain itu, menatap layar terlalu lama juga bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik, seperti mata, telinga, leher, bahu, punggung, pergelangan tangan, dan lengan.

 

Untuk menghindari resiko tersebut, luangkanlah waktu sesekali untuk tidak menatap layar monitor gadget saat Wong Coco Family bekerja dari rumah.

 

  1. Kurang tidur

 

Tidak sedikit mereka yang bekerja dari rumah yang akhirnya tidak memiliki waktu tidur yang cukup. Karena merasa punya banyak waktu di rumah, tidur menjadi hal yang tidak diprioritaskan dan akhirnya membuat kekurangan waktu untuk beristirahat.

 

Kurang tidur bisa memperlambat pemikiran kita, mengganggu proses pengambilan keputusan, merusak ingatan, konsentrasi, dan penilaian. Karena itu, usahakan untuk selalu memiliki waktu tidur yang cukup (7-8 jam tiap harinya).

 

 

  1. Terlalu lama bermain sosial media

 

Salah satu cara untuk menghibur diri saat bekerja dari rumah adalah dengan bermain sosial media. Namun ingat, terlalu lama bermain sosial media, juga bisa meningkatkan luapan informasi yang justru bisa menstimulasi otak secara berlebihan. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa menyebabkan stres.

 

Supaya bisa memaksimalkan kerja otak setiap harinya, ada baiknya untuk membatasi waktu untuk bermain sosial media ya, Wong Coco Family!

 

Itulah 6 kebiasaan buruk yang sebaiknya dihindari saat bekerja di rumah. Semoga informasinya bermanfaat!

 

“Lihat Artikel Lainnya”

Perlukah Menyajikan Makanan Penutup? Ini Penjelasannya

Perlukah Menyajikan Makanan Penutup? Ini Penjelasannya

Beberapa Wong Coco Family mungkin ada yang sering menghidangkan makanan penutup (dessert) saat bersantap bersama seluruh anggota. Tapi, apakah memang perlu menyajikannya? Dilansir dari laman situs antaranews.com, seorang ahli gizi ahli gizi di New Jersey bernama Felicia Stoler, setuju bahwa makanan penutup terkadang harus ada dalam menu. Namun, Felicia mengingatkan agar tidak beranggapan bahwa makanan penutup sebagai makanan yang sehat atau sarana untuk bisa menurunkan berat badan. Kenapa demikian? Karena hidangan penutup atau dessert mayoritas adalah makanan manis yang tinggi kandungan gulanya sehingga sering berhubungan dengan penambahan berat badan.  Sebagian makanan penutup juga diketahui mengandung banyak lemak jenuh, yang beresiko membahayakan kesehatan jantung, dan mengandung banyak kalori. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa hidangan penutup sebenarnya bisa menyehatkan saat strateginya tepat, yaitu lebih baik dikonsumsi sebelum makan ketimbang setelah makan. Seperti sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: Applied, yang mengungkapkan bahwa secara konsisten memilih makanan yang lebih sehat dan mengonsumsi lebih sedikit kalori saat menyantap makanan penutup pada awal waktu makan.  Studi ini sejalan dengan sebuah penelitian yang dilansir dari laman situs dailymail.co.uk. Penelitian yang dilakukan oleh Dr James Gardiner dari Imperial College London itu menemukan bahwa makanan manis ternyata terbukti bisa membantu menurunkan berat badan asalkan dikonsumsi sebelum makan besar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa protein otak yang disebut dengan glukokinase mampu melihat seberapa banyak glukosa atau zat gula yang kita konsumsi. Kalau asupan zat gula ini terlalu rendah, maka otak akan memberitahukan tubuh untuk mengonsumsi lebih banyak lagi makanan bertepung dan makanan manis. Hal ini bisa berakibat kita akan cenderung untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak. Karena itulah Dr James Gardiner menyarankan kita untuk makan makanan manis terlebih dahulu, sebelum makan utama agar bisa memenuhi kebutuhan gula tubuh tanpa harus mengonsumsi makanan utama secara berlebihan. Setelah menyimak penjelasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa hidangan penutup boleh disajikan sesekali dan akan lebih baik lagi jika hidangan yang mayoritas rasanya manis tersebut disantap sebelum hidangan utama agar dampak buruk yang ditimbulkan akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan manis bisa diminimalisir. Salah satu jenis hidangan yang kerap menjadi makanan penutup adalah Jelly. Menyajikan Jelly yang praktis untuk keluarga, Wong Coco Family dapat mencoba MyJelly! Produk Jelly persembahan Wong Coco ini dibuat dengan gula asli, tanpa pemanis buatan dan tanpa bahan pengawet. Wong Coco Family dapat menyajikan MyJelly untuk disantap langsung atau disajikan dengan buah-buahan!

 30 Juni 2020
3 Hal yang Wajib Diperhatikan Sebelum Pakai Masker Kain Saat New Normal

3 Hal yang Wajib Diperhatikan Sebelum Pakai Masker Kain Saat New Normal

Saat memasuki era New Normal atau pola hidup baru dengan penerapan protokol kesehatan COVID-19, masker kain tetap harus selalu kita pakai saat berkegiatan di luar rumah. Nah, karena masih harus selalu kita pakai saat berkegiatan di luar rumah selama era New Normal, berikut adalah 3 hal yang perlu kita ketahui dalam memakai masker kain. 1. Maksimal dipakai selama 4 jam Masker kain memang bisa dipakai beberapa kali tapi kita harus selalu memastikan masker yang kita gunakan selalu dalam keadaan bersih. Karena itu, segera ganti masker kain setelah dipakai maksimal 4 jam dan segeralah mencuci masker kain yang sudah dipakai. 2. Cuci menggunakan air panas dan detergen Dilansir dari Fox News, William Schaffner, Direktur Medis Yayasan Nasional untuk Penyakit Menular di Bethesda, menyarankan, masker kain harus dicuci secara rutin apabila sering digunakan. Cuci masker kain dengan memakai detergen dan air panas agar virus dan bakteri yang mungkin menempel di masker bisa disingkirkan. 3. Tidak sempat dicuci? Simpan di plastik kedap udara! Jika belum bisa segera mencuci, simpan masker kain tersebut di plastik kedap udara dengan melipat masker menjadi dua bagian. Pastikan bagian dalam masker berada di dalam lipatan. Ini penting dilakukan untuk mencegah tangan menyentuh bagian dalam masker yang sudah terkena percikan air liur saat masker kain itu dipakai. Itulah 3 hal yang wajib diperhatikan sebelum pakai masker kain saat New Normal. Semoga informasinya bermanfaat!

 11 Juni 2020
Kebiasaan Sehari-hari yang Ini Tingkatkan Imun Tubuh

Kebiasaan Sehari-hari yang Ini Tingkatkan Imun Tubuh

Daya tahan tubuh yang baik sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan, terutama di masa pandemi virus corona yang sedang terjadi saat ini. Untuk meningkatkan kekebalan tubuh, ada berbagai cara sederhana yang dapat kamu lakukan. Selain mengonsumsi makanan-makanan yang bernutrisi tinggi, Wong Coco Family juga meningkatkan kekebalan tubuh dengan melakukan kebiasaan sehari-hari berikut ini. 1. Olahraga yang rutin Olahraga rutin bisa membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan cara merangsang kinerja sel darah putih. Tidak cuma bisa membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, olahraga juga bisa membantu mengurangi stres, menurunkan berat badan, memperkuat otot dan tulang, serta membuat tidur lebih nyenyak. Waktu olahraga yang disarankan adalah selama 20 sampai 30 menit tiap hari. 2. Cukup istirahat Istirahat yang cukup juga bisa dijadikan kebiasaan sehari-hari yang bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Dengan beristirahat yang cukup, kekebalan tubuh bisa meningkat dan terhindar dari berbagai virus dan bakteri penyebab penyakit. Karena itu, tidurlah yang cukup, setidaknya 7 sampai 9 jam per hari, agar kekebalan tubuh bisa tetap terjaga. 3. Stop merokok Sering merokok, bisa membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah. Dengan begitu, risiko terkena berbagai penyakit, termasuk virus corona, pun bisa menjadi lebih tinggi.Karena itulah, berhentilah merokok. Tidak hanya bisa menekan resiko terinfeksi penyakit berbahaya karena kekebalan tubuh yang menurun, stop merokok juga bisa membuat kita terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh asap rokok. 4. Kelola stres dengan baik Tingkat stres yang tinggi bisa memicu tubuh untuk terus memproduksi hormon kortisol (hormon stres) yang jika dibiarkan lama-kelamaan bisa membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah. Karena itu kelola stres dengan baik dengan cara meluangkan waktu untuk melakukan hobi, cukup istirahat, aktif bersosialisasi, dan lakukan teknik relaksasi untuk meredakan stres. Jika dibutuhkan, Wong Coco Family juga bisa berkonsultasi dengan dokter atau psikolog untuk mengatasi stres yang Wong Coco Family alami. Semoga informasi ini bermanfaat!

 02 Juni 2020